Penyakit “kencing tikus” atau nama sebenarnya adalah penyakit Leptospirosis adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan suatu jasad renik tertentu yang dinamakan Leptospira. Leptospirosis dapat
menyerang manusia atau haiwan dan digolongkan sebagai penyakit zoonosis, ertinya menular dari haiwan ke manusia, dan penularan ini sering terjadi secara kebetulan.Penyakit Leptospirosis ini masih menjadi permasalahan kesihatan masyarakat terutama di negara tropis dan subtropis di negara berkembang. Hal ini akibat antara lain curahan hujan yang tinggi, kesihatan lingkungan yang kurang baik, terutama berkait dengan masalah sampah. Peratus penyakit leptospirosis di Indonesia cukup tinggi dan angka kematian kerana penyakit ini cukup besar. Indonesia menepati peringkat ketiga di dunia. Kuman Penyebab Penyebab penyakit Leptospirosis adalah spesies
Leptospira Interrogans yang mampu menyebabkan penyakit (patogen) pada manusia. Ada pula spesies lain yang tidak patogen, iaitu Leptospira Biflexa. Leptospira berbentuk spiral dengan ukuran 0,1 mm x 6 - 20 mm, selalu bergerak, dapat hidup di air tawar selama kurang lebih 1 bulan, biasanya cepat mati di air masin. Setiap spesies leptospira terbahagi menjadi puluhan serogrup dan terbahagi lagi menjadi puluhan, bahkan ratusan serovar.Saat ini, Leptospira interrogans yang bersifat patogen telah dikenal lebih dari 200 serovar. Jasad renik ini biasanya hidup didalam ginjal haiwan pejamu (inang) dan dikeluarkan melalui airkencing (urin) saat berkemih. Haiwan pejamu tersebut antara lain tikus, babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, kelelawar, tupai dan landak. Tikus sering menjadi pejamu bagi pelbagai serovar leptospira.
Penularan dari haiwan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung, sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. Penularan langsung biasanya terjadi dari haiwan yang mengandungi penyakit leptospira kepada mereka yang pekerjaannya merawat, memotong haiwan seperti penternak, doktor haiwan, peneliti yang memakai binatang percubaan, pekerja di rumah potong haiwan dan umumnya terjadi secara kebetulan. Penularan tidak langsung (pada manusia) terjadi melalui air atau tanah yang tercemar urin haiwan yang mengandungi leptospira. Sering terjadi pada saat banjir, di selokan atau sungai, di danau yang tercemar serta mereka yang bekerja sebagai pembersih selokan, sungai, pekerja perkebunan tebu, dan daerah rawa. Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit yang terluka atau melalui selaput lendir mata, selaput lendir di mulut, saluran pernafasan. Gejala penyakit leptospirosis amat bervariasi mulai dari yang paling ringan mirip orang sakit influenza, sampai yang berat dan berakhir dengan kematian. Setelah dua sampai 26 hari kuman memasuki tubuh manusia, maka mulailah timbul gejala. Masa antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan mulai timbul gejala dinamakan masa inkubasi. Walaupun rentang masa inkubasi cukup lebar, tapi rata-rata sekitar 10 hari. Secara umum gejala leptospirosis, antara lain demam (ringan atau tinggi), nyeri kepala yang bisa menyerupai nyeri kepala pada DBD, seringkali disertai tubuh yang menggigil, nyeri otot terutama di daerah betis, punggung dan paha sehingga penderita sukar berjalan, mual,muntah dan nafsu makan menurun, radang pada mata, dan pada kasus berat dapat terjadi mata berwarna kuning, gangguan ginjal, radang paru dan radang otak.
Gejala klinik tersebut dapat menyerupai penyakit infeksi lain yang bergejala demam akut, sehingga penyakit ini perlu selalu dicurigai terutama pada orang yang mempunyai risiko untuk tertular. Ada beberapa periode dalam perjalanan penyakit leptospirosis. Pada minggu pertama demam tinggi disertai nyeri otot, nyeri kepala, mual, muntah dan berbagai gejala lainnya. Pada masa ini, leptospira dapat dite-mukan dalam darah. Pada minggu selanjutnya, leptospira menghilang dari darah dan menetap di ginjal, sehingga teridentifikasi di urin.Penyakit leptospirosis ada juga yang disertai warna kuning (tipe
ikterik). Warna kuning dapat dikenali pada mata, selaput lendir mulut, dan bahkan pada badan. Namun, ada juga yang tidak disertai warna kuning (tipe anikterik).
Pengubatan
Kalau anda terserang leptospirosis, itu bukan bererti akhir dari segalanya. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Ubatnya mudah didapat dan murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis. Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun.Jika diubati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik.Bisa lain nasib pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut komplikasi leptospirosis paling jelek jika sudah merusak ginjal, selain hati, dan otak.